Sejarah senam Indonesia.
Senam mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1912, pada masa penjajahan
Belanda. Masuknya olahraga senam ini bersamaan dengan ditetapkannya
pendidikan jasmani sebagai pelajaran wajib di sekolah. Karena senam
merupakan bagian dari penjaskes, maka dengan sendirinya senam juga turut
diajarkan di sekolah.
Senam yang diperkenalkan pertama kali adalah senam sistem Jerman. Sistem ini menekankan pada kemungkinan gerak-gerak yang kaya sebagai alat pendidikan. Lalu pada tahun 1916, sistem itu digantikan oleh sistem Swedia yang lebih menekankan pada manfaat gerak.
Sistem ini dibawa dan diperkenalkan oleh seorang perwira kesehatan dari
angkatan laut kerajaan Belanda yang bernama Dr. H. F. Minkema. Lewat
Minkema inilah senam di Indonesia mulai tersebar, terutama ketika ia pada tahun 1918 membuka kursus senam Swedia di kota Malang untuk tentara dan guru.
Kendati demikian, cikal bakal penyebaran senam
ini dianggap berawal dari Bandung. Alasannya, sekolah pertama yang
berhubungan dengan senam didirikan di Bandung, ketika pada tahun 1922
dibuka MGSS (Militaire Gymnastiek en Sporschool). Mereka yang
lulus dari sekolah tersebut selanjutnya menjadi instruktur senam Swedia
di sekolah-sekolah. Melihat perkembangannya yang baik kemudian MGSS
membuka cabang di beberapa daerah antara lain di Bogor, Malang,
Surakarta, Medan, dan Probolinggo.
Masuknya
Jepang ke Indonesia pada tahun 1942 merupakan akhir dari kegiatan senam
yang berbau barat di Indonesia. Jepang melarang semua bentuk senam di
sekolah dan di lingkungan masyarakat dan menggantinya dengan “Taiso”. Taiso adalah sejenis senam
pagi (berbentuk kalestenik) yang harus dilaksanakan di sekolah-sekolah
sebelum pelajaran dimulai, dengan iringan radio yang disiarkan secara
serentak. Sebelum dan sesudahnya, murid-murid diharuskan memberi hormat
kepada Kaisar Jepang. Caranya, dengan mengikuti aba-aba yang
dikumandangkan, yang berbunyi “sei kei rei”, semua murid harus membungkuk dalam-dalam menghadap ke utara (Tokyo) tempat Kaisar Tenno Heika berada.
0 komentar:
Posting Komentar